Tuesday, July 1, 2008

Menulis dan Bertemu Teman Masa Kecil

Dibawah ini saya tampilkan kembali Kesan2 saya ketika bergabung dengan http://www.panyingkul.com dalam usianya yang ke 2.

Edisi Ulang Tahun Ke-2 Citizen Reporter dan Panyingkul! (1)
Menulis dan Bertemu Teman Masa Kecil
:: Solo Mamma ::

Tepat di usia dua tahun Panyingkul! hari ini, redaksi menampilkan serial tulisan pengalaman citizen reporter di Panyingkul!.(p!)

Bertemu setelah berpisah 40 tahun.
Foto: Kiriman Solo Mamma.

Saya menemukan Panyingkul! secara tidak sengaja. Ketika itu saya sedang googling Radio Gamasi karena ingin mendengar bincang-bincang khas Makassar secara online meskipun saya sedang di tengah samudra. Keinginan saya itu ternyata tidak kesampaian, karena Radio Gamasi belum online. Namun, saya menemukan kata Panyingkul! yang Google perkenalkan kurang lebih sebagai “koran online” tempat berkumpulnya warga biasa mengabarkan hal-hal biasa dari Makassar. Seakan ada magnit yang menarik saya untuk segera mengunjungi website itu dengan mengklik alamat yang disodorkan Google. Beberapa detik kemudian nampaklah situs Panyingkul!. Saya pun memilih-milih tulisan apa yang akan saya baca saat itu.

Akhirnya saya temukan tulisan Pak Sammy yang bercerita tentang Makassar Tempo Doeloe, "Kalau Ada Pintu Dua, Pintu Satunya Mana". Tulisan itu menggiring ingatan saya ke masa kecil ketika masih bermukim di Makassar. Setelah tulisan Pak Sammy, berturut-turut saya baca Kandalaka, Kusta Bila Dusta, Kenalan dan Beriklan dengan Uang Kertas, Bahasa Inggris Makin Nyaring Bunyinnya. Setelah pertama kali membaca, semakin lama saya semakin menyenangi Panyingkul! dan merasakan ada sesuatu yang hilang bila tidak menengok Panyingkul setiap kali saya browsing di internet.
Saat saya dalam pelayaran dari Shakalin-Rusia menuju Singapura di penghunjung 2007, tiba-tiba Rig Transocean Legend di mana saya ikut menyisir pantai barat Taiwan, mendadak angin topan berehembus sangat kencang dengan kecepatan rata-rata 70 knot/jam, dengan tinggi gelombang waktu itu mencapi delapan meter. Terbetik keinginan untuk menulis pengalaman itu. Saya coba tuangkan dalam bentuk laporan singkat lalu saya kirim ke redaksi Panyingkul!. Ternyata tulisan itu dimuat dan mendapat sebelas komentar dari pembaca Panyingkul! Itulah tulisan pertama saya, yang tidak saya sangka segera mendapat perhatian redaksi.
Hal lain yang lebih mengejutkan datang seiring dengan dimuatnya tulisan saya itu. Lewat Panyingkul!, saya bertemu dengan citizen reporter bernama Arifuddin Ali Patunru. Ternyata ia adalah sahabat kecil saya, sudah 40 tahun berpisah. Pertemuan yang tiba-tiba itu kembali ingin saya tulis, dan lagi-lagi oleh editor dimuat dengan judul Dua Sahabat Bertemu di Panyingkul! Setelah Berpisah 40 Tahun.
Kemudian secara tidak sengaja pula empat hari yang lalu Panyingkul! kembali mempertemukan saya dengan salah seorang anak dari almarhum Muhammad Yunus Rawasiah, Dosen Fakultas Peternakan UNHAS, sahabat karib saya. Muhammad Nur Taqwim Yunus, anak sahabat saya itu, baru berusia 12 tahun ketika saya tinggalkan Makassar pada bulan September 1982. Dan baru 28 Juni 2008, saya sempat berkomunikasi lewat telepon. Ia sudah berusia 39 tahun dan sudah menjadi aktifis salah satu LSM di Makassar.
Saya berharap semoga Panyingkul lebih banyak lagi mencetak penulis-penulis handal melalui kegiatan pelatihan jurnalisme sehingga Panyingkul tidak hanya dapat dinikmati melalui tulisan-tulisan yang bermutu, jenaka dan menggelitik tapi juga sebagai kontributor pencerdasan bangsa sebagaimana harapan para pendahulu yang dituangkan dalam Konstutusi UUD 1945. (p!)

3 comments:

Dasar Goblog said...

wew, seneng dong bisa reunian lagi. Saya blom baca yang lain tapi di liat dari gambarnya jadi tertarik ngebaca, pengen tau dunia luar tuh kaya apa??????

Dasar Goblog said...

wew, seneng dong bisa ktemu tmen lama. Saya blom baca yang laen tapi kyanya tertarik ngliatin foto ma judulnya jd pengen tau dunia luar tuh kya apa?

Unknown said...

Makasih dah mau mampir di desaku