Tuesday, March 11, 2008

Semalam di Hongkong, Dua Malam di Shenzhen (II)

Masalah timbul di Counter Imigrasi:
Seperti lazimnnya di setiap Bandara Intrenational, demikian juga di Terminal Ferry Shekou Shenzen yang merupakan terminal International untuk Ferry. Semua penumpang sebelum keluar harus melewati pemeriksaan dokumen ke Imigrasian. Saya antri pada urutan yang terakhir dan di depan saya berdiri Pak Hasrizal Ray asal Medan. Ketika sampai gilirannya, dia melangkah ke loket Imigrasi dilayani oleh seorang petugas perempuan dengan tanda pangkat satu strip di bahunya.


Perempuan ini sangat teliti memeriksa passport teman saya. Bolak balik dia mencocokan foto paspor dengan wajah asli. Sesudah itu paspor di scan dengan sinar laser, ada keraguan pada petugas imigrasi itu tentang keaslian paspor teman saya. Benar beberapa saat kemudian perempuan itu ke luar dari ruangannya melangkah menuju ke ruang kantor. Rupanya di sana ia memanggil salah satu petugas imigrasi yang lebih senior. Saya tidak tahu apa yang keduanya bicarakan karena memakai bahasa China.

Imigrasi senior memperhatikan paspor teman saya itu di scan ulang melalui sinar laser. Kesimpulannya Paspor itu bermasalah. Akhirnya paspornya dibawa masuk keruang kantor untuk diteliti lebih lanjut keasliannya.

Terakhir tibalah giliran saya, dan sebelum melangkah ke loket, Pak Hasrizal Ray meminta saya untuk tidak meninggalkannya sebelum paspornya dinyatakan bebas tanpa syarat.

Di depan loket saya tunjukkan paspor saya kepada petugas imigrasi perempuan itu. Dia pun bolak balik mencocokan wajah saya dengan foto saya yang di paspor. Sampai disini tidak ada masalah, begitu ia tunduk dan menscaning paspor saya yang terletak dibawah meja, masalah mulai timbul.

Perempuan berpangkat satu balok di bahunya itu meragukan keaslian paspor saya. Dia pun membawa paspor saya ke ruang kantor imigrasi untuk di teliti lebih lanjut. Sebelum keluar meninggalkan mejanya saya tanya :”What is problem with my passport” No problem, jawabnya.
Saya tidak habis pikir katanya no problem dengan paspor saya tapi paspor saya dibawa masuk ke ruang kantor. Apakah hanya “No Problem” kata bahasa Inggris yang dia bisa ucapkan yah, pikirku dalam hati. Ada setengah jam saya berdua dengan Pak Hasrizal Ray di ruangan Imigrasi menunggu dengan harap-harap cemas hasil penelitian paspor kami. Semua teman kami yang berjumlah 24 orang sudah berada di Hotel Ming Wah Convention Center, kecuali saya bersama Pak Hasrizal Ray yang masih menggelandang di ruang Imigrasi Terminal Ferry Shekou Shenzhen, China.

Ditengah menuggu proses penelitan paspor kami, saya SMS ke Pak Zulkifli Lubis agar munyuruh salah seorang Agent datang membantu mengurus kami disini. Karena kami berpendapat bahwa kalau agent datang urusan bisa lebih mudah karena bahasa sama dengan petugas Imigrasi. Belum sempat menerima balasan SMS, Paspor kami dinyatakan tidak bermasalah. Kami berdua keluar meninggalkan ruangan Imigrasi, ternyata di depan pintu keluar Agent sedang menunggu kami dan tidak ada inisiative masuk menemui kami memberikan bantuan selama dalam proses pemeriksaan Imigrasi.

Ketika tiba di Hotel Min Hwa Convention Centre waktu telah menunjukkan pukul 16:30 waktu setempat. Saya segera check in, oleh recepsionist saya diberi kunci kamar No. 1017 yang terletak di lantai 10 Gedung B.


Jalan-jalan malam hari di pertokoan Shekou :
Di malam hari selesai makan malam beberapa orang diantara kami menggunakan kesempatan untuk berjalan-jalan ke luar Hotel melihat-lihat suasana pusat-pusat perbelanjaan di Shekou disamping memang ada tujuan untuk shoping karena di Shekou terkenal harga barang-barang elektroniknya sangat miring seperti HP, Lap Top, MP3 dan lain-lain.

Salah satu pusat pertokoan di Shekou tidak begitu jauh dari Hotel tempat kami menginap, kira-kira hanya sekitar dua puluh menit waktu yang diburtuhkan dengan berjalan kaki. Kami melewati sebuah ruas jalan yang agak gelap, disitu kami ditemui beberapa orang anak-anak perempuan dan laki-laki yang kira-kira berusia antara 10 sampai 12 tahun membagikan kami selebaran berupa promosi ukurannya sebesar kartu nama.

Kami ambil kartu yang diberikan itu, tentu saja kami tidak bisa melihat dengan jelas gambar-gambar yang tertera dalam kartu itu karena gelap. Ketika berada di depan sebuah toko yang agak terang saya coba melihat gambar apa gerangan yang ada dalam kartu itu. Masya Allah ternyata adalah gambar-gambar porno lengkap dengan Nomor HP yang bisa di hubungi kalau sekiranya berminat.

Yang saya tidak habis pikir mengapa anak-anak kecil yang harus mengedarkan gambar-gambar porno seperti itu. Gambar yang tidak bermanfaat itu oleh kami semua sepakat membuangnya ke tempat sampah.

Di sebuah toko elektronik yang menjual HP, MP3 dan lain-lain kami di layani oleh tiga orang cewek dua diantaranya kira-kira berusia antara 19 – 20 tahun sedang yang satunya sudah berusia sekitar 30 tahun. Keduanya cantik menurut penilaian saya dan ternyata penilain saya tidak meleset karena dua orang teman saya menilai sama dengan saya. Ketika sedang tawar menawar berlangsung kedua cewek cantik itu mencolek pinggang kami. Tentu saja saya kaget dibuatnya karena tidak menyangka kedua cewek cantik itu akan berbuat seperti itu pada kami.
Tidak lama kemudian cewek yang berusia 30 tahunan itu keluar membawa tiga botol beer yang langung disodorkan kepada kami yang kebetulan memang kami hanya bertiga masuk dalam toko itu. Teman kami yang lain masuk pada toko lainnya mencari-cari sesuatu sesuai kebutuhannya. Beer yang disodorkan itu kami tolak dengan halus dan mengatakan :” No thank you, We can not drink of Beer”
“Oh, I am sorry” jawabnya. “No problem” sahut kami hampir serempak. If you want, you may coming to the room, there are some of soft drink, you may chois yourself” ajaknya kepada kami bertiga. Tawaran yang menggiurkan itu kami tolak. Padahal rezeki loh, hehehe.

Setelah membeli HP N95 (Standar Type) dengan harga USD $ 110. yang di Jakarta pasarannya masih berkisar Rp. 4.500.000,- per buah. Dan satu buah Handy Cam merek Slim seharga USG $ 120. dan Ipod MP3 8 GB dengan harga USD $ 25, kami keluar dari toko itu. Sebenarnya kami masih ingin berjalan-jalan ke toko lainnya mencari-cari parfum untuk oleh-oleh buat isteri, tapi begitu keluar dari toko kami langsung di hadang oleh dua orang perempuan pengemis. Yang satu ibu-ibu sedang mengendong Bayi dan satunya lagi perempuan cilik berusia sekitar 9 tahun.

Pengemis yang ibu-ibu memegang baju Pak Badrun dan pengemis cilik memegang Jacket saya dengan sangat kuat. Keduanya tidak mau melepaskan pegangannya sambil meminta-meminta, mister money, mister money demikian berulang-ulang dengan menghiba-hiba. Begitu saya kasih 2 dollar Hongkong barulah pegangannya di lepas.

Dengan kejadian itu kami tidak berminat lagi masuk ke toko lain tapi langung kembali ke Hotel. Bukan apa-apa khawatir timbul masalah, apalagi kami tidak membawa paspor karena paspor kami di simpang agent.

No comments: