Tuesday, March 11, 2008

Semalam di Hongkong, Dua Malam di Shenzhen (I)

Oleh: Solo Mamma


Di Hongkong:





Pesawat Cathay Pacific, no penerbangan CX 718 jenis Air Bus A330 yang membawa kami terbang ke Hongkong lepas landas dari Bandara Soekarno-Hatta pada tanggal 4 Maret 2008, jam 09:45. Setelah terbang selama empat jam dan dua puluh menit CX 718 akhirnya tinggal landas di Bandara Hongkong International.
Seperti biasa bila passenger cabin (belalai gajah) sudah terbuka maka semua penumpang turun termasuk saya. Semua penumpang kecuali penumpang transit menuju counter desk Imigrasi sebelum sampai ke ruang Klaim Bagasi. Untuk mencapai counter desk imigrasi, penumpang harus naik kereta bawah tanah dua kali, lalu berjalan lagi sejauh kira-kira 200 meter setelah melewati tangga escalator kalau tidak salah ingat dua kali juga.

Saya terperangah menyaksikan Airport yang begitu besar, sejenak ingatan saya menerawang kembali ke Bandara International Soekarno Hatta yang baru saja empat jam dan dua puluh menit saya tinggalkan. Betapa kecilnya bandara kebanggaan saya di Tanah Air. Pantas saja terlihat sumpek dijejali sejumlah pengunjung yang nampaknya tidak mampu lagi menampung pengunjung yang setiap hari terus bertambah. Dalam hati saya berkata, Ah seandainya Bandara Soekarno Hatta dibuat sebesar Bandara Hongkong atau Bandara Changi di Singapura, Bandara Incheon di Korea Selatan dan atau Bandara International Thailand, alangkah leganya sehingga calon penumpang dan pengantar bisa duduk nyaman tidak seperti sekarang harus rebutan tempat duduk kalau ada yang berdiri dan ingin meninggalkan tempat duduknya.

Setelah mengambil koper di ruangan klaim bagasi kami keluar melewati para penjemput, kami mencari-cari Agent yang akan menjemput kami, namun agent kami tidak terlihat dideretan penjemput. Kami terus melangkah melewati pintu keluar, kembali kami kecewa karena penjemput yang kami tunggu-tunggu belum juga kelihatan. Agar tidak terlalu jauh meninggalkan pintu gerbang kedatangan, rombongan kami yang terdiri dari dua kru (kru B dan kru C) berkumpul di luar pintu sambil menunggu jemputan datang.

Ada kesan yang menarik selama kami menunggu jemputan yaitu suasana aman, tidak ada wajah-wajah sangar, apalagi calo-calo kendaraan taxi gelap yang menarik-narik barang kita seperti di Bandara Soekarno Hatta. Suasana berjalan serba teratur tidak ada rasa takut, padahal kami berada dalam suatu negara yang sangat asing karena baru pertama kali berkunjung dan dengan perbedaan bahasa yang sangat menyolok yang bisa membuat miss communication (salah pengertian) antara satu dengan yang lain.
Selama menunggu, kami mengobrol dan bercanda sesama teman seprti biasa, tiba-tiba salah seorang cleaning service menegur kami dalam bahasa Indonesia yang fasih sekaligus memperkenalkan dirinya sebagai orang Indonesia. Rupanya dia adalah warga Indonesia keturunan China yang sudah sepuluh tahun merantau ke Hongkong dan bekerja sebagai cleaning service di Bandara International Hongkong. Bertemu dengan kami kelihatannya dia sangat senang, mungkin merasa sesama warga Indonesia ketemu di luar negeri nun jauh dari tanah air.

Kira-kira seperempat jam kami menunggu barulah seorang sopir datang mendekati kami dan menanyakan apakah kami rombongan Transocean, kami jelaskan bahwa benar kami adalah rombongan Transocean. Akhirnya kami semua yang berjumlah 26 orang naik ke dalam bus yang akan mengantar kami ke Hotel Ramada yang terletak di tengah salah satu pusat perbelanjaan Hongkong, tepatnya di 308 Des Voeux Road West. Berada di tengah pusat perbelanjaan seperti itu mengingatkan saya seperti berada di Glodok Jakarta atau pecinan di Makassar karena semua penghuni toko adalah orang-orang china. Jadi bukan struktur bangunannya yang sama.

Rumah-rumah di Hongkong terdiri dari apartemen-apartemen jangkung, rumah-rumah tumbuh menjulang keatas sedangkan rumah-rumah di Indonesia tumbuh melebar ke samping menyebabkan tanah semakin sempit akhirnya sawah-sawah yang produktif pun menjadi santapan pengembang perumahan. Akibatnya tanah yang harusnya menjadi resapan air berubah menjadi perumahan, karena itu kita tidak usah heran kalau setiap musim hujan kota-kota besar menjadi banjir, karena penataan kotanya memang seperti itu.


Malam hari kami menyempatkan diri berjalan-jalan di sekitar hotel yang kebetulan adalah pusat perbelanjaan dan tidak jauh dari hotel kami terdapat sebuah pasar tradisional. Dari situ kami bertemu beberapa orang Pahlawan Devisa, TKW yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga di apartemen-apartemen. Mereka senang bisa bertemu kami sesama orang Indonesia di Hongkong, rata-rata mereka sudah bekerja di Hongkong selama dua tahun dan belum pernah pulang ke Tanah Air.

Pada umumnya mereka sudah bersuami dan punya anak di Indoensia. Mereka rela meninggalkan suami dan anak-anaknya demi mendapatkan Dollar Hongkong karena di Indonesia tidak bisa mendapatkan pekerjaan dengan penghasilan yang memadai dengan tingkat pendidikan yang rendah. Jangankan berpendidikan rendah yang berpendidikan tinggi saja banyak yang menganggur.


Salah Turun alias nyasar:Keesokan harinya tanggal (5/3/08) pada jam 12:30 setelah selesasi makan siang kami check out dari Hotel Ramada. Dengan shuttle Bus Hotel kami diantar ke Terminal Ferry, saya adalah rombongan pertama. Informasi yang kami terima sebelum berangkat, setiba di Terminal Ferry kami harus menunggu rombongan kedua di depan restoran Mc Donald yang terletak di lantai dua. Hanya sepuluh menit waktu yang dibutuhkan untuk sampai ke Terminal Ferry.

Sebagai orang yang baru menginjakkan kaki di Hongkong, maka tempat-tempat itu kami belum tahu dan masih harus dituntun oleh orang setempat. Setelah sepuluh menit berjalan Bus berhenti, pintu bus pun terbuka. Namun tidak ada isyarat atau perintah yang menyuruh kami turun, meskipun kami sempat bertanya kepada sopir :”Apakah kami harus turun” anehnya sopir tidak memberi jawaban, akhirnya Bus kembali bergerak dan melanjutkan perjalanannya.

Kira-kira lima menit kemudian Bus kembali berhenti dan kali ini sang sopir yang tidak mau menjawab pertanyaan kami menyuruh kami turun semua. Kami pun turun mengikuti perintah sang sopir lalu menuju lantai dua (di depan pintu lift tertulis P2) disitu kami mencari-cari restoran Mc Donald. Setelah celinguk-celinguk ke sana kemari mancari-cari restoran yang dimaksud ternyata tidak ada.
Melalui tangga escalator kami turun satu tingkat, segera terlihat restoran Mc Donald. Kami pun menunggu di depan restoran sesuai informasi yang kami terima di Hotel. Setelah kurang lebih empat puluh lima menit menunggu, rombongan kedua tidak kunjung datang. Timbul keraguan dalam hati jangan-jangan rombongan kedua nyasar. Beberapa menit kemudian ada SMS masuk ke HP saya menanyakan keberadaan kami. Saya jelaskan bahwa kami sedang menunggu kalian di depan resotoran Mc Donald. “Mc Donald mana, kami juga sedang di depan Mc Donald lantai dua terminal Ferry” demikian SMS kedua yang kami terima.

Tidak puas dengan hanya ber SMS akhirnya saya call dengan HP-ku, dalam pembicaraan ternyata rombongan kami salah turun karena sudah berada di Stasiun Kereta. Saya ajak teman-teman untuk turun kembali ke ground. Di pintu keluar kebetulan Shuttle Bus yang mengantar kami tadi dari hotel sedang parkir. Kami langsung naik ke Bus dan meminta agar diantar ke Terminal Ferry.

Bus bergerak meluncur perlahan-lahan terhambat oleh lalu lintas yang padat, setelah sampai di Jalan Raya kami bertemu kembali dengan jalan yang kami lalui dari Hotel. Saya bertanya kepada sopir, hendak di bawa kemana kami. “Ke Hotel” jawabnya. “Saya Tanya kenapa kembali ke Hotel”. Tidak ada jawaban. Tidak lama kemudian kami tiba kembali di Hotel. Kami semua turun, emosi sudah bergelora di dada. Saya langsung ke receptionist, ingin mengadukan masalah kami. Oleh recepsionist menyuruh saya berurusan dengan customer service.

Di customer service kami tumpahkan kekesalan kami, saya katakan kepada mereka :”Mengapa sopir kamu mengantar kami kembali ke Hotel ini?, kami kan mau ke terminal Ferry, mangapa di antar ke Stasion Kereta dan selanjutnya di kembalikan ke sini, haa” . Dengan agak ketakutan petugas customer service membujuk kami agar bersabar beberapa menit lagi Shuttle Bus berikut akan segera datang. Selanjutnya saya minta kepada customer service agar menerangkan dengan jelas tujuan kami kepada sopir agar tidak terulang kesalahan ini, Ia manggut-manggut dan memohon maaf.

Beberapa menit kemudian Shuttle Bus datang, kami langsung naik dan segera Bus meluncur ke Terminal Ferry. Hanya sekitar lima menit kami pun sudah tiba di pintu terminal, disana sudah menunggu Pak Zulkifli Lubis, ketua rombongan kru B. Kami naik ke lantai dua melalui tangga lift terus ke Restoran Mc Donald. Karena keterlambatan kami maka Ferry terpaksa menunggu kami sampai datang dan setelah rombongan kami semua sudah berada di atas Ferry, segera Ferry bergerak menuju Shekou Shenzhen, China. Perjalanan di tempuh selama kurang lebih lima puluh menit untuk sampai ke Shekou.

2 comments:

aprilmopgal said...

Ughhh aku jadi inget perjalananku pertama kali ke Hongkong...
waktu itu direct flight dari bombay ke Hongkong...hiks hiks menyedihkan, gak ada yang jemput, nyari taksi sendirian, ke hotel sendirian, ke terminal ferry sendirian, pas baru sampe shekou port baru dijemput sama orang kantor...huaaaa

Unknown said...

Tapi sudah sampe di Legend dan makan enak, khan, hehehe