Oleh: Solo Mamma
Selengrang desaku yang mungil, sunyi dan ramah, itu dulu sebelum tahun 1998.
Hiruk pikuk pembuatan jalan yang membelah desa Salengrang yang merupakan akses jalan menuju pabrik semen Bosowa membuyarkan penduduk desa dari kesunyian. Gemuruh suara mobil truk pengangkut semen dan batu bara sebagai bahan baker pabrik siang malam mendera desa Salengrang.
Tidak hanya itu sejak difungsikannya jalan yang menghubungkan poros jalan Trans Sulawesi dengan Pabrik Semen Bosowa maka pada tikungan tajam di kilometer 8 antara Maros dan Pangkep berfungsi pula sebagai tikungan maut. Satu demi satu sepupuku tewas di tikungan maut itu. Sebutlah namanya Palalang, dia anak pamanku. Lalu Dg. Bunga bersama cucu kesayangnnya yang tewas di tempat. Sementara Dg. Bunga yang juga sepupuku anak pamanku yang lain harus menderita lumpuh selama 3 tahun sebelum maut menjeputnya setelah tertabark mobil di tikungan maut itu. Belum cukup dua tahun setelah kejadian itu kembali anak kemenakanku tewas di tempat pada tikungan yang sama karena ditabrak mobil.
Demikianlah desaku Salengrang yang tadinya sunyi dan ramah, namun kini tidak lagi setelah berdirinya pabrik semen Bosowa. Seiring dengan beroperasinya pabrik semen Bosowa ternyata desa Salengrang yang gersang dan tandus menympan harta karung yang tak ternilai.
Gunung cadas dan batu kapurnya yang selama ini berkontribusi besar dalam pengerasan jalan dan pondasi rumah dan gedung di Makassar dan sekitarnya ternyata menyimpan Batu Marmer yang konon kabarnya mutu dan kualitanya tidak kalah dengan Marmer dari Italia. Karena itu tidak heran kalau sudah beberapa Perusahaan dari Jakarta tidak segan-segan menanamkan investasinya menggarap Batu Marmer di desa Salengrang.
Tambak udang dan ikan bandeng demikian juga hutan nipa milik sepupuku yang merupakan harta warisan leluhurku berubah fungsi menjadi jalan akses ke gunung Marmer. Sebutlah nama PT. Zamrud Khatulistiwa sebuah perusahaan swasta nasional dari Jakarta yang saat ini mendapat izin dari Pemerintah Daerah untuk menggarap Gunung Marmer di desa kami.
Dengan beroperasinya kedua perusahaan raksasa itu sayang belum membawa dampak yang signifikan terhadap peningkatan ekonomi bagi masyarakat desa.
Masyarakat desa tidak mendapatkan apa-apa. Baik perekrutan tenaga kerja karena memang masyarakatnya tidak terampil dan tidak berpendidikan yang memadai sehingga boleh dikatakan nyaris tidak ada tenaga kerja yang berasal dari desa Salengrang yang berkontribusi pada kedua pabrik yang berbeda tersebut. Adakah upaya untuk mendidik masyarakt setempat agar mereka juga bisa merasakan hasil disanya sebagai penghasil Semen dan Marmer. Hanya Pemerintah daerah, Pabrik Semen Bosowa dan PT. Zamrud Khatulistiwa yang bisa menjawabnya.
Ironis sekali kalau masyarakat desa tidak mendapatkan apa-apa dari desanya yang kaya Semen dan Marmer. Sementara masyarakatnya tidak beranjak dalam dekapan kemiskinan dan kebodohan.
No comments:
Post a Comment