Wednesday, December 5, 2007

Ketika Dua Sahabat Bertemu Setelah 40 Tahun Berpisah

Dilaporkan oleh Solo Mamma

Udara Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng siang itu terlihat cerah, pilot pesawat Garuda Nomor Penerbangan GA 825 itu meberitahukan lewat pengeras suara bahwa suhu udara di langit Jakarta sekitar 30 derajat Celcius. Berbeda dengan empat hari belakangan ini yang selalu diberitakan bahwa bandara Sukarno Hatta mendung dan terkadang hujan deras.
Tepat pukul 11:35 waktu Jakarta roda pesawat Garuda GA 825 menyentuh landasan bandara. Senin, 3 Desember 2007 sebagaimana panyingkul merilis bahwa hari itu akan bertemu dua orang sahabat yang telah berpisah selama 40 tahun, menyusul pertemuan mereka di dunia maya beralamat panyingkul@yahoogroups.com

Om AA sadar betul bahwa hari itu temu kangen tidak mungkin dapat dilangungkan mengingat Om Solma baru saja tiba di Bekasi, rasa capek dan pegal tentu masih melekat pada diri Om Solma setelah menempuh perjalanan yang cukup panjang dan melelahkan. Dengan pertimbangan yang cukup rasional dan sangat bijak itu maka Om AA memutuskan temu kangen dilaksanakan keesokan harinya saja. Om AA tidak ingin mendahului mengabarkan Om Solma tentang batalnya pertemuan hari itu, tapi menunggu telepon terlebih dahulu dari Om Solma.
Sore pukul 17:00 waktu setempat, setelah Om Solma sudah menikmati waktu isterahatnya, ia kemudian menelpon sahabatnya itu mengabarkan bahwa ia sudah tiba di Bekasi sejak tadi siang sekitar jam 13:25. Om AA mengabarkan bahwa hari ini belum dapat menemui Om Solma, karena kesibukan di kantor dan berjanji akan datang esok hari ke Bekasi.
Selasa, 4 Desember 2007, waktu telah menunjukan pukul 07:30 pagi itu hujan deras yang mengguyur Bekasi belum juga reda yang turun sejak semalam, Om Solma yang baru saja keluar dari kamar mandi tiba-tiba mendengar deringan telepon. Tanpa pikir panjang, Ia langsung mengangkat gagang telepon dan menjawabnya. Suara Om AA yang mengabarkan posisinya di Pancoran, dan on the way ke Bekasi. Mendengar kabar seperti itu pria gaek berusia 62 tahun itu segera mengabarkan kepada isterinya bahwa sebentar lagi sahabatnya akan tiba di rumah. Kedua suami isteri itu pun sibuk mempersiapkan segala sesuatunya untuk menyambut sahabatnya yang merupakan tamu istimewa.
Tidak lama kemudian sekitar setengah jam, telepon kembali berdering di ruang tidur Om Solma. Ia bergegas menghampiri telpon itu dan mengangkatnya. Kali ini Om AA mengabarkan bahwa saat itu Om AA sudah keluar dari Gerbang Tol Bekasi Timur dan sedang berada di persimpangan (panyingkul) lampu merah pertama. Informasi ini ditangkap oleh Om Solma baru mau menuju lampu merah pertama.
Miskomunikasi terjadi. Om Solma meminta Om AA agar memutar mobilnya ke arah kiri yang seharusnya lurus kedepan melewati pusat perbelanjaan Bekasi Trading Center (BTC) setelah sampai di persimpangan lampu merah Bulak Kapal. Kesalahan ini menyebabkan Om AA nyasar sampai ke terminal Bus Pasar Baru di Jalan Cut Mutiah. Selang dua puluh menit kemudian belum ada kontak lagi antara kedua kakek yang masing-masing bercucu tiga untuk Om Solma dan sepuluh orang untuk Om AA. Jangan-jangan Om AA nyasar, demikian Om Solma membatin, karena seharusnya waktu yang dibutuhkan untuk mencapai rumah Om Solma hanya sekirar 20 menit dari Gerbang Tol Bekasi Timur.
Om Solma lalu mengambil inisiatif untuk mengontak sahabatnya itu menanyakan posisi terakhirnya. Kekhawatiran om Solma ternyata menjadi kenyataan Om AA sudah nyasar sampai ke Terminal Bekasi Pasar Baru. Tepatnya di depan pompa bensin, berseberangan dengan Politeknik Karya Bakti. Om Solma meminta agar mobil Om AA diputar kembali ke arah gerbang tol Bekasi Timur. Sekitar dua puluh menit kemudian Om Solma kembali menghubungi Om AA melalui Telepon Genggamnya menanyakan posisinya saat itu. Diperoleh jawaban bahwa Om AA sudah berada di persimpangan lampu merah Kali Mas, tepatnya di tugu Bekasi Kota Patriot. Kali ini Om Solma meminta untuk belok kiri, kemudian lurus ke depan melewati Bekasi Trading Center (BTC) sampai persimpangan Bulak Kapal. Lalu menyebarang lurus kedepan melewati rel kereta api dan belok ke arah kanan setelah sampai di depan Rumas Sakit Ibu dan Anak Sentosa. Terus, akan ketemu Bank Tabungan Negara (BTN). Setelah sampai disitu agar mengontak Om Solma.
Waktu telah menunjukan pukul 10:30 waktu setempat, namun hujan belum juga reda. Om Solma dengan payung berdiri di depan rumah, menunggu kedatangan tamu istimewanya, sahabatnya yang sudah 40 tahun berpisah dengannya. Kedua sahabat ini telah lama tinggal di Jakarta, namun tidak saling mengetahui alamat masing-masing. Kalau saja tidak ada Panyingkul yang mempertemukannya di dunia maya maka kedua sahabat ini dapat di pastikan tidak akan pernah bertemu.
Lima menit telah berlalu, Om Solma kembali mengontak Om AA melalui telepon genggamnya, khawatir jangan-jangan sahabatnya itu nyasar untuk kedua kalinya. Diperoleh jawaban bahwa Om AA sudah melewati kantor BTN dan sudah berada di depan kantor Pegadaian. Benar Om AA sudah kelewat jauh ke Timur. Rasa kagum dan simpatik Om Solma berbaur dengan rasa kasihan ke pada Om AA yang tidak mau menyerah begitu saja sebelum tujuannya tercapai, Om Solma meminta kepada Om AA agar berhenti disitu saja dan tunggu sampai ada yang menjemputnya.
Jalan Nusantara Raya Perumnas Tiga Bekasi yang memang merupakan kawasan langganan banjir, pagi hari itu ruas jalan digenangi air setinggi lutut orang dewasa. Terkendala oleh banjir, maka Om Solma minta Om AA dijemput di depan Kantor Pegadaian. Karena tidak berani menerobos banjir dengan sepeda motor, penjemput hanya memberi isyarat dari jauh dengan tangan agar memutar kembali mobilnya ke arah BTN dan sebelum sampai agar membelok ke kanan masuk Jalan Kalimantan. Ternyata sopir Om AA menangkap isyarat itu sebagi perintah pemilik toko disampingnya agar tidak parkir di tempat itu. Sehingga iapun memutar mobilnya dan akhirnya ia kembali berada di depan BTN. Selang beberapa saat penjemput pulang tanpa disertai Om AA. Om Solma kembali mengontak dan sekali lagi Om AA mengtakan bahwa posisinya persis di depan BTN. Om Solma meminta agar tetap saja di tempat itu, sebentar lagi penjemput akan tiba di situ.
Hanya dalam waktu 5 menit, sebuah mobil Kijang berwarna silver berhenti di depan rumah, Om AA yang selama 40 tahun tak pernah Om Solma temui akhirnya muncul di depan Om Solma. Dua sahabat itu berangkulan, bercipika-cipiki, dan berfose untuk dokumentasi pertemuan itu, dilanjutkan ngobrol tentang masa silam, empat puluh tahun yang lalu. Di wajah kedua sahabat itu nampak ceria dan bahagia dapat berjumpa.
Pertemuan hanya berlangung kurang lebih empat puluh menit, Om AA pamit pulang karena harus menjemput cucu dan masuk kantor.
Catatan:
Kesan Om Solma atas sahabatnya: Ia adalah sosok yang tidak pernah berobah dalam sikap dan tingkah laku. Ia tetap santun, ramah dan rendah hati. Sikap yang senantiasa melekat, mengiringi derap langkah perjalanan hidupmya yang sudah dijalaninya selama 60 tahun. Yang berobah pada dirinya adalah rambutnya yang sudah mulai memutih, namun gurat wajahnya justru menunjukan kematangannya.
Yang istimewa adalah keteguhannya di dalam memenuhi janji. Dia berjanji menemui sahabatnya, maka sekalipun hujan menghadang langkahnya, nyasar yang melelahkan, namun tak pernah surut dan membatalkan niatnya. Ia bertekad bertemu dengan sahabatnya demi sebuah janji. Luar biasa. Semoga prinsip ini dapat mengilhami bagi kita semua dan terutama para generasi muda bahwa jangan pernah ingkar janji bila sudah di ucapkan. Karena janji yang diingkari ibarat menjilat ludah yang sudah dimuntahkan.
Manna makkanyang ilau, taku pela sombalaku.
Rua guling kupataja,
rua balango ku-buang makkarre ngaseng.
Kualleanna tallanga natoalia

No comments: