Sunday, October 5, 2008

Masyarakat Myanmar (Burma) Kukuh Mempertahankan Tradisinya


Ketika pertama kali menginjakkan kaki di bumi Myanmar (Burma) setelah turun dari Helikopter yang membawa kami dari offshore ke daratan Sittwe Myanmar segera mata saya tertumbuk menyaksikan para kuli-kuli yang sedang melakukan pekerjaan perbaikan peron landasan bandara yang memakai sarung. Dalam hati saya berkata, kasihan amat kuli-kuli itu bekerja dengan memakai sarung, ribet dan tidak praktis. Berapa yah mereka dibayar sehingga membeli celana panjang saja sepertinya tidak sanggup. Kejadiaanya pada tanggal 13 September 2008.


Masih bertanya-tanya dalam hati, tiba-tiba sebuah pesawat sejenis poker 28 landing membawa sejumlah penumpang dari Yangon, ibu kota Myanmar. Saya menyaksikan para penumpang pria itu umumnya memakai kain sarung. Saya pun sadar bahwa ternyata kain sarung merupakan pakai sehari-hari masyarakat Myanmar.

Demikianlah ketika sore hari sekitar jam 17:30 kami tiba di bandara Yangon, disana pun para kuli bandara dan para karyawan memakai kain sarung dan bersandal jepit lengkap dengan badge-nya yang terpasang di dada.

Foto: Robert Kowuh

Kesimpulannya sarung adalah merupakan pakaian resmi masyarakat Myanmar di kantor-kantor, di pasar, di jalanan dan bahkan di Hotel Berbintang. Mereka tidak terusik dengan budaya luar meski mereka juga setiap hari menonton siaran televisi. Mereka kukuh mempertahankan tradisinya.


Foto: Robert Kowuh



No comments: