Dibawah ini saya tampilkan tulisan yang pernah dimuat di http://www.panyingkul.com/ tanggal 18/11/2007 agar dapat dibaca oleh rekan-rekan yang kebetulan belum mengenal http://www.panyingkul.com/. Bagi rekan-rekan yang belum mengenalnya saya persilahkan untuk membukanya karena disitu terdapat banyak artikel-artikel yang sangat menarik dengan penuturan bahasa yang indah sehingga enak dibaca dan menyenangkan.
Selamat mencoba.
Minggu, 18-11-2007
Pengalaman Dihempas Badai di Laut Taiwan
:: Solo Mamma ::
Minggu, 18-11-2007
Pengalaman Dihempas Badai di Laut Taiwan
:: Solo Mamma ::
Para Kru Transocean Legend yang Plontos setelah selamat dari Badai
Foto : Brian Nicholson
Citizen reporter Solo Mamma yang bekerja di salah satu perusahaan pengeboran lepas pantai yang berbasis di Huston USA, mengisahkan pengalamannya terombang-ambing dihempas badai di perairan Taiwan. Dari atas Rig Transocean Legend, pria kelahiran Kabupaten Maros ini menuliskan laporannya.(p!)
Pada saat tulisan ini dibuat, kami sedang dalam perjalanan laut dari perairan Sakhalin, Russia, di kawasan Pasifik utara. Kami mulai berlayar pada tanggal 15 Oktober 2007 menuju Singapura, dengan perkiraan akan tiba di negara singa itu pada tanggal 13 Nopember 2007. Namun di tengah perjalanan, yakni pada 4 Nopember, ketika berada di sebelah barat Taiwan di dekat Tai Chung, Rig Transocean Legend dengan 72 orang kru yang ditarik oleh tug boat T.B Maersk Champion, dihadang badai typhoon. Kecepatan angin hari itu tercatat rata-rata 100 hingga 120 km/jam dengan tinggi gelombang 7 hingga 8 m . Ini membuat T.B. Maersk Champion yang bertonase kurang lebih 2.887 ton terseok-seok menarik Rig kami yang bertonase 16.636 ton. Selang beberapa saat kemudian tiba-tiba terdengar benturan yang sangat keras. Ternyata Kawat Penghubung (Tow Line) yang menghubungkan Rig dengan Tug Boat putus membentur lambung Rig Transocean Legend. Bersamaan dengan itu nampak Tug Boat Maersk Champion meluncur kedepan dengan kecepatan tinggi dan baru berhenti setelah ombak setinggi delapan meter menghadang di depan lambung kemudian terangkat dan oleng terombang ambing bagaikan buih. Akibatnya, Rig kami hanyut bergerak tanpa kemudi mengikuti arus laut yang deras. Semua kru pun cemas dan takut kalau-kalau Rig kami tiba-tiba membentur karang mengingat kedalaman laut hanya berkisar 80 hingga 100 meter. Agar tidak terjadi seperti yang dikuatirkan maka jangkar pun akhirnya diturunkan.
Pada saat tulisan ini dibuat, kami sedang dalam perjalanan laut dari perairan Sakhalin, Russia, di kawasan Pasifik utara. Kami mulai berlayar pada tanggal 15 Oktober 2007 menuju Singapura, dengan perkiraan akan tiba di negara singa itu pada tanggal 13 Nopember 2007. Namun di tengah perjalanan, yakni pada 4 Nopember, ketika berada di sebelah barat Taiwan di dekat Tai Chung, Rig Transocean Legend dengan 72 orang kru yang ditarik oleh tug boat T.B Maersk Champion, dihadang badai typhoon. Kecepatan angin hari itu tercatat rata-rata 100 hingga 120 km/jam dengan tinggi gelombang 7 hingga 8 m . Ini membuat T.B. Maersk Champion yang bertonase kurang lebih 2.887 ton terseok-seok menarik Rig kami yang bertonase 16.636 ton. Selang beberapa saat kemudian tiba-tiba terdengar benturan yang sangat keras. Ternyata Kawat Penghubung (Tow Line) yang menghubungkan Rig dengan Tug Boat putus membentur lambung Rig Transocean Legend. Bersamaan dengan itu nampak Tug Boat Maersk Champion meluncur kedepan dengan kecepatan tinggi dan baru berhenti setelah ombak setinggi delapan meter menghadang di depan lambung kemudian terangkat dan oleng terombang ambing bagaikan buih. Akibatnya, Rig kami hanyut bergerak tanpa kemudi mengikuti arus laut yang deras. Semua kru pun cemas dan takut kalau-kalau Rig kami tiba-tiba membentur karang mengingat kedalaman laut hanya berkisar 80 hingga 100 meter. Agar tidak terjadi seperti yang dikuatirkan maka jangkar pun akhirnya diturunkan.
Rig Transocean Legend
Foto : Istimewa
Rig kami dilengkapi delapan buah jangkar. Setelah satu jangkar berhasil diturunkan, Rig pun berhenti hanyut dan hanya oleng mengikuti irama ombak. Ini membuat beberapa orang kru muntah-muntah karena mabuk ombak. Satu jangkar cukup bertahan selama satu hari. Dan memasuki hari kedua jangkar tersebut putus pada tengah malam sekitar jam 23:55. Sontak semua kru terbangun mendengar bunyi yang membentur Rig kami. Lalu, secara bersamaan, dua jangkar lainnya ditrunkan dengan harapan akan lebih kuat dan tahan terhadap serangan ombak yang semakin menggila. Namun pada hari berikutnya, malam 7 Nopember, kedua jangkar itu pun putus. Akhirnya, jangkar yang tersisa pun diturunkan semua. Pada 7 Nopember itu, manajemen kami di Singapura menginstruksikan agar semua kru dievakuasi ke Taiwan. Semua kru yang berjumlah 72 orang dibagikan paspornya masing-masing, bersiap untuk dievakuasi. Selang beberapa lama kemudian sebuah helikopter sejenis Bolko berputar-putar di atas Rig mencoba untuk landing di helipad. Setelah tiga kali mencoba, ternyata helikopter itu gagal landing karena angin begitu kencang. Akhirnya evakuasi gagal dilaksanakan pada hari itu.
Setelah melalui perundingan yang cukup alot antara OIM dan pihak manajemen di Singapura, akhirnya keesokan harinya kru sebanyak 36 orang yang sudah lebih dari satu bulan di atas rig dipulangkan ke negaranya masing-masing melalui Taiwan dan sisanya 36 orang masih harus tinggal di Rig untuk meneruskan perjalanan ke Singapura. Barulah pada 15 Nopember setelah badai dan angin musim reda, kita angkat jangkar kembali dan meneruskan perjalanan dengan perkiraan tiba pada 27 Nopember mendatang. Menyambut lepasnya kami dari bencana badai dan angin musim semua kru ramai-ramai mencukur rambut sampai plontos.(p!)
T.B. Maersk Champion
Foto : Hasrizal Ray
*Citizen reporter Solo Mamma dapat dihubungi melalui email solmayes@yahoo.com
No comments:
Post a Comment