Tiga sajak berikut diambil dari Milis Panyingkul@yahoogoups.com
Kiriman Bung M Aan Mansyur
KEPALAKU: KANTOR PALING SIBUK DI DUNIA
Engkau tahu? Kepalaku: kantor paling sibuk di dunia. Anehnya, hanya seorang bekerja tiada lelah di sana.Tak mengenal hari Minggu atau hari libur nasional.Tak pula mengenal siang dan malam. Tak mengenal apa-apa kecuali bekerja, bekerja, bekerja dan bekerja.
Kadang-kadang ingin sekali suatu pagi melihatnya datang menyodorkan sehelai map berisi surat permohonan cuti. Ingin pergi ke satu tempat yang jauh, mengasingkan diri beberapa hari di awal Desember yang lembab sembari merayakan hari ulang tahun sendiri. Lalu di depan pintu kantor terpasang sebuah tanda berwarna merah: Tutup.
Tetapi ia betul-betul seorang pekerja keras. Setiap saat ia berada di kantor. Mungkin hendak menyelesaikan seluruh persoalan waktu yang tidak pernah mampu selesai itu: tentang masa lampau yang tersisa di masa sekarang, tentang keinginan berhenti atau tak berhenti, juga tentang perihal lain yang sepele namun sungguh rumit buat dijelaskan.Ya, percayalah! Kepalaku: kantor paling sibuk di dunia. Anehnya, hanya seorang bekerja tiada lelah di sana, engkau saja!
Biblioholic, 30/11/07
ICHOU DAN MOMIJI
Di Tokyo, di Taman Ueno, tempat seorang perempuan pernah berjanji menunggumu lalu ingkar tanpa kau tahu sebabnya, kau mendongak di bawah sepohon Ichou.Kau heran mengapa pohon itu daun-daunnya berubah warna dari hijau menjadi kuning di musim dingin.
Tetapi jawabannya kau temukan di pelukan perempuan lain, perempuan yang mengatakan bahwa kau tak perlu risau jika melihat daun-daun yang menguning, sebab musim lain akan datang untuk mengembalikan hijaunya yang lebih hijau.
Di Kyoto, kota yang amat ramai dan tertib tempat orang-orang takut membunyikan klaskon untuk sekadar menambah sedikit keramaian itu, kau mendongak di bawah sepohon Momiji.Kau heran mengapa pohon itu daun-daunnya berubah warna dari hijau menjadi merah di musim dingin.
Tetapi jawabannya kau temukan pula di pelukan perempuan itu, perempuan yang senang ketika mendengar kau lupa membawa baju penghangat. Sebab dengan begitu kau memahami bahwa lengan dan dadanya terbuat dari bulu-bulu angsa paling hangat.
JALAN-JALAN DI KYOTO
Jalan-jalan di Kyoto tak kau pahami menuju ke mana saja. Nama-namanya ditulis dengan huruf yang lebih rumit dari seluruh kerumitan yang pernah menyusahkan hidupmu. Kau takut melangkahkan kaki di sana, takut ditelan jalan yang mengingatkanmu pada ular raksasa di sebuah film.
Namun jalan-jalan di tubuh perempuan itu, tak pernah membuatmu takut tersesat. Sebab kau sudah penuh oleh keyakinan bahwa di sebuah tempat di dadanya akan kau temukan kuil yang jauh lebih tenang dari jutaan kuil yang ada di Kyoto. Maka kau menjelajahinya seperti seorang penduduk asli yang mengenali seluruh lekuk kelok jalan-jalan itu sambil menyanyikan lagu-lagu cinta.
No comments:
Post a Comment