Wednesday, January 23, 2008

Bertemu Om Hafied

Tulisan ini di copy dari Celoteh Lily Yulianti, Redaktur http://www.panyingkul.com/ di http://www.panyingkul.ning.com/

Sosodara,

Om Hafied --satu dari empat anggota brigade Om yang menjadi citizen reporter di Panyingkul!-- sedang berada di Jepang untuk mengikuti Water Forum 2008 di Provinsi Oita. Kemarin, saat Om Hafied transit di Tokyo, Farid dan saya sempat makan siang dan mengobrol tentang berbagai hal.Yang ingin saya bagi dalam celoteh singkat ini adalah tentang rasa senang yang sulit dilukiskan setiap kali bertemu seorang citizen reporter, yang hanya saya akrabi melalui tulisan-tulisan yang dikirimnya.


Di Panyingkul! Om Hafied menulis beberapa biografi warga dengan setting Soppeng, Makassar, Amerika, Canada, pelosok SulSel - Sulbar, dan sejumlah negara lain yang dikunjunginya. Sebenarnya, bila menghitung waktu luang yang tersedia, sosok seperti Om Hafied yang sangat aktif berkeliling pelosok tanah air dan berlompatan dari satu negara ke negara lain --selincah tupai yang tak berhenti melompati pohon kelapa-- punya alasan untuk bilang: "Saya sibuk , tak punya waktu untuk menulis.."Ia memang sibuk. Tapi di tengah kesibukan itu, ia justru bersiasat mencari waktu untuk menulis kabar kepada pembaca yang lebih luas melalui Panyingkul! Hingga saat ini telah 13 tulisan Om Hafied yang kita nikmati bersama.

Kekaguman saya pada Om Hafied antara lain karena beliau bukan tipe ilmuwan yang asyik di menara gading. Kesibukannya menulis makalah ilmiah, misalnya, tentu hanya dinikmati oleh orang-orang seprofesi -- para ahli irigasi sedunia. Tapi di samping itu, ia mencari waktu yang senantiasa diluangkannya menulis di Panyingkul! sehingga kisah hidupanya bisa dinikmati berbagai kalangan, dan menjadi sumber inspirasi.

Dalam hal ini, Om Hafied paham betul bahwa ada potensi kemanusiaan yang bisa dikembangkan secara luas melalui kegiatan menulis. Dari mana pemahaman itu muncul? Saya kira pemahaman itu antara lain muncul dari bacaan yang dilahap Om Hafied sejak kecil di perpustakaan sempit dengan jumlah buku terbatas di kota Soppeng. Di sana, ia membaca Karl May hingga Hamka.

Keinginannya menjejakkan kaki di seluas mungkin daratan, mengarungi seluas mungkin samudra terinspirasi dari bacaan yang lahapnya dengan rakus. Dari bacaan itu jugalah menanamkan nilai dalam dirinya bahwa kekayaan yang paling berharga adalah mengejar ilmu setinggi mungkin dan menebarkannya. Kita telah mengikuti semua jejak kisah dan falsafah hidup Om Hafied itu, yang diceritakannya dengan menawan dan rendah hati di serial biografi warga Panyingkul!

Saat makan siang bersama, Om Hafied bercerita tentang tulisannya yang mengulas persahabatannya dengan Dr. Susan Millar, yang sengaja disiapkannya sebagai hadiah reuni ketika ia ke Amerika bulan lalu. "Ibu Susi meneteskan air mata membacanya..." kata Om Hafied bercerita tentang saudara angkatnya itu."Salam untuk teman-teman Panyingkul! Sampaikan maaf saya karena masih sibuk dengan berbagai kegiatan seminar..." katanya. Waktunya memang terkuras untuk menyiapkan 3 makalah ilmiah.

Om Hafied, sebagaimana Om Sammy, Om AA dan Om Solma-- adalah representasi dari generasi di atas kita, yang menunjukkan kerendahan hatinya untuk berbagi pengalaman dan kabar bersama orang-orang yang lebih muda. Sikap legowo orang yang lebih tua, yang mendatangi anak-anak muda (yang juga menunjukkan jiwa muda mereka) serta memberikan kepercayaan yang besar kepada generasi di bawah mereka, sesungguhnya menjadi sumber semangat yang sangat signifikan di Panyingkul! Dan pergaulan lintas generasi yang egaliter, yang terbina dengan baik di sini, merupakan salah satu warna dasar interaksi kita di persimpangan segala arah bernama Panyingkul!

Untuk Om Hafied, selamat berseminar. Untuk Om-Om lainnya, selamat pagi dan memulai hari baru...

Tokyo, 29 November 2007/09:36
ly

No comments: