Semalam sekitar jam 20:40 Wita aku masih online sedang bolak-balik membuka kampung panyingkul dan milis panyingkul gropus di rauangan rekreasi. Suara gemuruh yang menggelagar dari sound effect sebuah film action menyembul dari home theatre tidak membuatku terganggu. Aku tetap asyik menikmati bacaan-bacaan dari Panyingkul serta email-email lucu dari para anggota milis. Kami larut dengan acara favorite masing-masing, aku di komputer dengan situs favoritku sementara teman yang lain asyik pula dengan film kesayangannya.
Menjelamg jam 21:00 terdengar pengumuman dari ruangan radio mengabarkan bahwa baru saja Maersk Champion melaporkan ada dua buah boat misterius dengan kecepatan tinggi sedang meluncur menuju kami. Kalau haluan mereka benar ditujukan kepada kami maka kedua boat itu akan tiba dalam waktu sepuluh menit.
Tidak lama kemudian terdengar suara sirene berbunyi terputus-putus pendek disusul dengan perintah agar semua kru berkumpul di ruang makan, dalam waktu yang tidak lama lagi Bajak Laut akan menjangkau kita. Sontak kami semua keluar meninggalkan ruang rekreasi dan menuju ruangan makan (mess hall). Di koridor menuju ruang makan, aku sempat mengintip keluar lewat jendela pintu yang baru saja di konci oleh salah seorang steward yang kebetulan bertugas sebagai londryman (tukang cuci). Kelihatannya semua pintu masuk ruangan akomodasi sudah terkonci semua menggunakan konci pengaman Bajak Laut.
Ruangan makan disesaki oleh kru kecuali kru lapangan yang kebetulan bertugas menghadapi serangan Bajak Laut. Disitu sudah ada OIM dan Barge Captain dengan radio Handy Taly di tangan memberi aba-aba kepada regu petugas keamanan. “Perkuat pengaman di tangga naik dan tiap tiang agar di jaga dua orang kru masing-masing siap dengan Fire Water (Air pemadam api) bertekanan tinggi, semprot dengan kekuatan maximum 120 psi begitu bajak laut mencoba melangkah naik tangga atau memanjat tiang rig” demikian OIM memberi perintah. Sementara itu Barge Captain sibuk menghitung jumlah kru dengan mencocokan daftar kru yang ada.
“Boat misterus semakin mendekati Rig dan Maesk Champion, jangan ada yang mencoba keluar ruangan” demikian teriakan lewat pengeras suara yang berasal dari kontrol room. Kami panik, Rig tidak dilengkapi dengan sepucuk pun senjata api. Semua berdoa dalam agama masing-masing. Rasa takut tergambar jelas pada wajah kami. Tidak ada yang bersuara semua diam membisu, wajah pucat. “They are arrising gungfire warning and ask to stop rig” (mereka melakukan tembakan peringatan dan meminta rig di stop) suara itu jelas terdengar dari radio handy talky OIM disampaikan oleh Pak Zulkifli dari Radio Room.
“Semproooot dengan tekanan penuh, dua orang bersenjata berpakaian hitam mencoba melangkah naik rig” Teriak Farid, Head Roustabout yang dari tadi siaga didepan pintu naik tepat didepan wharehouse. Suasana semakin mencekam. Kudengar ada yang bergumam “Yah Tuhan, kenapa ada Bajak Laut ini, pada hal tinggal sehari lagi kami masuk lokasi”.
“Iyah nich, bertahun-tahun kami bolak balik Selat Malaka ke Vietnam dan Korea tidak pernah ada begini” timpal salah seorang dari kami. Aku sendiri tidak tahu siapa yang sedang bercakap cakap itu. Kami larut dengan pikiran masing-masing.
“Ayooo ! jangan berhenti ! semprot terus…terus….dan teruuuuus lagi. Air sasarkan pada wajah dan perut” teriak Farid lagi. “Ayo teruuus…satu orang sudah terpelanting jauh ke laut” jelas terdengar dari Radio OIM.
“Yang satu orang lagi, ayooo trus jangan kasih kesempatan melangkah naik” Suasana semakin mencekam, Bajak Laut belum berhasil di kuasai.
Kelihatannya bajak laut satu ini sangat tangguh, dia terus melangkah naik, satu demi satu anak tangga sudah dilewatinya, meskipun dengan susah payah. Air mengguyur tubuhnya, dia tidak peduli, tangannya sangat kuat mencerngkram handrail (pegangan tangga) sangat kokoh laiknya tokek mencengkram pohon. Kami semakin takut. Barge Captain mencoba menenangkan kami “Don’t worry” katanya. “Belive to Farid and his team” katanya lagi.
Tiba-tiba suara Farid kembali terdengar dari Radio OIM. “OK ! Sir. Both of them falling to the sea” (Ok Boss! Keduanya sudah jatuh ke laut).
Selang beberapa menit kemudian terdengar sirene mengaum panjang tanda situasi sudah aman, serangan bajak laut dapat dikuasai.
OIM dan Barge Captain mengucapkan terima kasih kepada semua kru karena latihan menanggulangi Bajak Laut hari ini berlangsung sukses.
Aku segera masuk kamar tidur, waktu telah menunjukan pukul 21:30 Wita, Aduuuh nagntuk sekali.
Transocean Legend, 01/02/08.
No comments:
Post a Comment